Sebuah
kesaksian kisah nyata dari Keluarga
Kristen sederhana.
Dalam dewasa ini banyak orang percaya (Kristen)
menghadapi suatu persoalan dimana iman dan kepercayaan mereka diuji pada saat
apa yang mereka percaya dan imani itu tidak sesuai dengan apa yang mereka
harapkan, tidak jarang orang percaya menjadi kecewa karena doa – doa mereka belum dijawab, harapan
mereka belum sesuai dengan kenyataan yang ada, tidak jarang juga mereka berbalik
meninggalkan kepercayaan mereka dan mencari jawaban dari sumber lain yang
sepertinya menjawab dan menyelesaikan
dari kebutuhan mereka. Maka timbul dalam benak penulis apakah hanya
sebatas itu saja iman kepercayaan orang Kristen kepada Tuhan Yesus??
Sebuah
kisah nyata yang dialami oleh sebuah keluarga Kristen yang sederhana di suatu
desa, desa itu bernama desa Kulim Jaya kecamatan Lubuk Batu jaya, Kabupaten
Indragiri Hulu, Riau. Di dalam kehidupan
kesehari – hari keluarga ini di dikenal oleh masyarakat sekitar adalah keluarga
yang harmonis dan penuh dengan suka cita. Namun masyarakat yang ada di sana
hanya melihat bagian luar dari keluarga ini yang bahagia dan sepertinya tidak
ada permasalahan yang keluarga ini alami. Orang lain hanya melihat apa yang
mereka lihat tanpa tau apa sebenarnya yang terjadi di dalamnya. Di balik suka
cita keluarga ini tersimpan peristiwa yang menyedihkan bagi mereka. Kepala
keluarga ini hanya seorang pekebun sawit yang penghasilannya dapat dikatakan
cukup untuk kehidupan mereka sehari – hari dan istri dari bapak ini hanya
seorang ibu rumah tangga, mereka memiliki tiga orang anak dua laki – laki dan
satu perempuan. Dalam kehidupan kesaksian ini yang akan di saksikan adalah
tentang kehidupan dari anak kedua dari pasangan suami istri ini. Sebut saja
nama anak ini adalah widodo umurnya sekarang 21 tahun, jika sampai sekrang dia
masih hidup itu semua adalah anugerah dari Tuhan. Karena sejak kecil widodo ini
hidupannya sepertinya tidak pernah terlepas dari penderitaan. Pada saat dia
dilahirkan widodo normal seperti bagaimana anak – anak pada umumnya namun pada
umur 3 bulan widodo mengalami panas
tinggi (step) dan dokter menyatakan kepada orang tuanya ada beberapa hal yang
akan terjadi pada anaknya yaitu kalau tidak meninggal, anak tersebut akan
lumpuh atau bisu dan tuli. Widodo berhasil di tangani dokter dan nyawanya dapat
diselamatkan, namun dalam pertumbuhan secara fisik widodo bertumbuh normal,
namun seperti yang dikatakan oleh dokter bisa saja lumpuh atau bisu dan tuli. Widodo
mengalami kebisuan dan tuli sehingga dalam komunikasinya menggunakan bahasa
tubuh, setelah widodo berumur 8 tahun
ada tanda – tanda yang mencurigakan yang terjadi di dalam dirinya yaitu
dia tiba – tiba seluruh tubuhnya kejang
dan sangat kaku mulutnya mengluarkan buih, bola matanya berubah menjadi putih
semua, hal tersebut terjadi berulang – ulang kali pada dirinya, durasi kejang
yang dia alami berlangsung kurang lebih selama 10 menit. Setelah beberapaka
kali hal tersebut terjadi kepada widodo orang tuanya membawanya ke Rumah Saikt
Daerah yang ada di sana.
Hasil
pemeriksaan dokter menyatakan bahwa dia mengalami penyakit epilepsy (ayan) yang
menyiksa hidupnya. Rumah sakit daerah tidak sanggup untuk menangani penyakitnya
tersebut dan menyarankan untuk membawanya kerumah sakit yang lebih lengkap
lagi. Orang tuanya membawa mereka ke salah satu rumah sakit Swasta di Pekan
Baru, dan langsung di tangani oleh dokter spesialis syaraf, dalam proses
pengobatannya dokter memberikan pernyataan bahwa dalam lima tahun pengobatan
maka widodo dapat disembuhkan. Widodo hidup dengan bergantung kepada obat
karena jika dia tidak minum obat maka kejangnya akan kambuh dan itu dapat
membahayakan nyawanya karena di umur seperti itu merupakan masa anak aktif
bermain kemana dia suka, jika sewaktu –waktu kambuh maka bisa saja sewaktu –
waktu juga nyawanya melayang.
Ternyata
di dalam proses pengobatannya sekalipun dia minum obatnya kejang tetap terus
dia alamihanya saja intensitas kejangnya tidak terlalu sering. Singkat cerita
setelah 5 tahun pengobtan maka, maka pengobatan diberhentikan karena sudah
dianggap sudah sembuh namun berbeda dengan kenyataan. Setelah pengobatan
diberhentikan penyakitnya semakin parah intensitas kejangnya semakin kerap
terjadi, bahkan semakin parah sekali karena kejangnya bisa dalam 3 menit satu
kali mengalami kejang, dia sangat tersiksa dengan keadaan dirinya. Penderitaan
yang dia alami sangat menyakitkan dirinya dan orang tuanya. Orang tua widodo
hanya bisa berserah kepada Tuhan, apakah orang tua widodo kurang berdoa keada
Tuhan? Tidak sama sekali tidak kurang berdoa, orang tua widodo tidak bernah
berhenti berdoa meminta kepada Tuhan sejak widodo dilahirkan, dalam
kepengurusan gereja ayah widodo juga majlis gereja, dan ibunya adalah pelayan
Tuhan yang setia keluarga mereka setia melayani disuatu gereja. Doa permohonan
kesembuhan terus di panjatkan kepada Tuhan namun hasil seperti itu,
sekalipun usaha yang keras juga telah
mereka lakukan banyak rumah sakit yang sudah didatangi dan biaya yang tidak sedikit
telah dikeluarkan.
Selepas
pemberhentian pengobatan tersebut dan
penyakitnya semakin parah, orang tua widodo membawanyakerumah sakit kembali
untuk di rawat inap, lalu pengobatan di ulangi kembali untuk memperoleh hasil
yang maksimal. Rumah sakit dan peralatan medis sepertinya sudah tidak asing
lagi menempel di tubuh widodo, obat menjadi makanan pokok baginya. Sama seperti
lima tahun pertama yang sudah leewat walapun mengkonsumsi obat widodo tepa
mengalami kejang, dalam tahun ke 4 di lima tahun ke 2 orang tua widodo tidak sanggup lagi dalam pembiayaannya
pengobatannya, dan pengobatannya berhenti hanya beberapa bulan saja dan
akhirnya penderitaan yang dia alami setelah pemberhentian pengobatan di lima
tahun pertama dialami lagi oleh widodo dan ini lebih parah lagi, seakan – akan
nyawa widodo tersebut akan tercabut dari raganya namun sepertinya masih ada
sesuatu yang menahan, jadi dia hanya tersiksa kesakitan tubuhnya kejang –
kejang dan tubuhnya kaku semua matanya menjadi putih semua. Orang tua widodo
hanya bisa berdoa dan pasrah kepada Tuhan bahkan keluarga – keluarga yang lain
sudah memberikan saran supaya mengiklaskan saja widodo untuk dipanggil oleh
Tuhan namun orang tuanya tetap percaya bahwa muzijat pasti akan terjadi di
dalam diri widodo. Orang tua widodo membawanya ke rumah sakit kembali dan di
tangani oleh dokter spesialis syaraf selain memang syarafnya mengalami gangguan
ternyata terjadi beberapa komplikasi widodo mengalami infeksi paru – paru dan
beberapa penyakit lainnya yang menyebabkan semakin parahnya keadaan dia.
Orang
tua widodo hanya berharap kepada Tuhan dan hanya berdoa dan berdoa untuk
memperoleh muzijat dari Tuhan, di saat perawatan widodo di rumah sakit berlahan
– lahan dia mengalami pemulihan dan akhirnya dia bisa pulang ke rumah karena
kondisinya mulai memebaik. Pengobatan rutin yang perbulan tetap di teruskan
karena untuk menghindari hal – hal yang tidak di inginkan lagi.
Penderitaan
sekan – akan tidak mau beranjak dari widodo, penyakit – penyakit yang sedang
derita, bertambah lagi sekarang bukan lagi penyakit yang mengjadikan dia
terbaring di atas tempat tidur namun keadaannya berubah sekarang derita yang
dia alami adalah dia berlaku ‘liar” dan “buas”, dia selalu marah – marah
(Mengamuk) dengan cara memukuli dirinya sendiri bagian yang sering di pukuli
adalah bagian kepala dan dada, melakukan perusakan kepada barang – barang yang
ada dirumah melempari rumahnya dengan batu, sepertinya dia tidak menerima
keadaan dirinya sendiri, dia memnjadi berani melawan orang tua, menyerang orang
tuanya dan orang – orang yang tidak dia sukai. Tiada hari tanpa marah, waktu –
waktunya dihabiskan untuk marah- marah/mengamuk saja, jika makanan tidak di
dapur tidak enak dan suka maka dia akan mengamuk dan membuang makanan tersebut.
seluruh permintaannya harus dituruti. Dia banyak melakukan hal – hal yang aneh, seperti dia
pergibermain ketempat – tempat yang tidak lazim untuk dia datangi, jika ditanya
dia dari mana dia jawab dengan menggunakan bahasa tubuh dia tidur di rumpunan
pohon bambu dan dia ditanya dengan siapa dia menjawab dengan jawaban yang tidak
masuk akal dan mistis. Sangat aneh semua yang dia lakukan. Maka orang tuanya
berinisiatif untuk membawa ke ahli jiwa karena tindakannya sudah tidak masuk
akal lagi. Setelah dibawa ke ahli jiwa namun dokter tidak menemukan kelainan
jiwa di dalam dirinya. Dokter hanya memberikan obat penenang kepadanya. Jadi
sepanjang hidupnya sepertinya kebahagiaan tidak ada di dalam kehidupannya,
sampai tulisan ini ditulis keadaanya masih tetap sama, dia masih bisu, masih
tuli, masih kejang-kejang, masih mengkonsumsi obat terus, masih mengalami
steres yang mungkin di karena obat yang selalu dikonsumsi.
Lalu
apakah Tuhan tutup mata dengan keadaan
ini? Apakah Tuhan tidak mendengar doa – doa dari orang tua widodo? Mengapa hal
ini dapat terjadi? Apakah Tuhan tidak perduli? Mungkin banyak diantara pembaca
mengalami apa yang dialamikeluarga ini dan mungkin juga lebih parah dari apa
yang mereka alami.
Banyak
orang yang beranggapan bahwa orang yang menderita adalah orang yang jauh dari
Allah, orang yang memiliki dosa banyak, maka itu adalah dampak atau akibatnya.
Namun apakah itu semua atas kesengajaan Allah? Semua orang dapat berpendapat
dan berargumen mengenai hal ini. Menurut sudut pandang saya sebagai penulis
saya tidak melihat siapa yang bersalah dan berdoa dan siapa yang seharusnya
bertanggung jawab dalam permasalahan ini. Mungkin kita banyak yang bertanya
sebagai mana murid – murid Yesus bertanya kepada Yesus saat mereka melihat
orang yang buta sejak lahir, Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Rabi, siapakah
yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan
buta?" (Joh 9:2 ITB) pertanyaan
seperti ini pasti akan muncul saat seseorang mengalami suatu penderitaan atau
musibah yang terjadi dalam hidupnya. Namun,
“Jawab Yesus: "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi
karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia. (Joh 9:3 ITB)
Tuhan mengizinkan penderitaan itu terjadi di dalam
keluarga widodo, sepertinya keluarga tersebut tidak terlepas dari
penderitaan, ya… semua orang dapat
mengalaminya. namun tergantung bagaiman sikap dan respon dalam menghadapi
penderitaan tersebut. kita renungkan pernyataan Yesus dalam Yohanes 9:3, Tuhan mengizinkan supaya pekerjaan – pekerjaan
Allah harus dinyatakan di dalam keluarga widodo dan melalui permasalahan
tersebut nama
Tuhan dipermuliakan. jadi masyarakat disekitar hanya tau bahwa
keluarga dari widodo tersebut selalu bahagia sekalipun mereka mengalami
permasalahan yang begitu berat, namun saat di Tanya mengapa bisa seperti itu,
keluarga ini menyatakan bahwa “jika kalau bukan
kekuatan Tuhan Yesus yang menguatkan kami kami tidak akan pernah kuat, TUhan
Yesus begitu mengasihi kami sekalipun begitu berat permasalahan yang kami
hadapi namun Tuhan selalu bersama dengan kami saat kami percaya dan selalu
berharap kepada Yesus karena tidak ada Tuhan yang seperti Tuhan kami ”, terbukti
dari selama permasalahan itu terjadi maka pertolongan Tuhan selalu nyata dan
ada – ada saja caranya, pekerjaan ayah dari widodo hanya seorang petani sawit
yang pengahsilannya hanya cukup saja,namun
saat mereka memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk perobatan widodo
Tuhan selalu bukan jalan saja. Melalui permasalahan yang mereka hadapi mereka
menjadi saksi untuk kemuliaaaan nama Yesus. Mereka menjadi saksi, dan mereka
menjadi berkat secara tidak langsung mereka makan menjadi contoh nyata bahwa Tuhan
yang disembah orang Kristen membedakan keluarga
mereka dengan keluarga –keluarga yang tidak mengenal Yesus.
Mereka berdoa? Iya mereka selalu meminta kesembuhan untuk
widodo. Apakah doa mereka sudah sesuai dengan kenyataan yang ada? Belum/Tidak.
Sampai tulisan ini di tulis keadaan widodo masih sama saja. Apakah mereka masih
percaya kepada Tuhan? Kepada mujizatNya, KuasaNya? Iya mereka masih percaya
kepada Tuhan, kepada MuzijatNya, kepada KuasaNya walaupun kenyataan yang di
hadapinya tidak sesuai dengan yang di harapkannya. Percaya jika hanya di dasari
mujizatNya nyata di depan mata, berkatNya di limpahkan dalam hidupnya itu hanya percaya dan
beriman yang biasa – biasa saja, karena dia menerima apa yang diinginkannya,
apa yang di harapkannya. Lalu jika apa yang di harapkannya dan dinginkannya, berkat yang di
dambakannya tidak sesuai dengan fakta APAKAH dia MASIH PERCAYA KEPADA TUHAN,
KEPADA KUASANYA , KEPADA MUJIZATNYA?????
Ataukah dia akan berbalik dari kepercayaannya karena
kekecewaan yang dia alami, karena kenyataan tidak sesuai dengan harapan?
Kita rubah pola pikir
kita bahwa percaya karena kenyataan yang kita percaya itu sesuai dengan harapan
kita itu merupakan percaya yang biasa – biasa saja, namun kita tetap pecaya
disaat kenyataan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada dan kita tetap percaya
itu percaya yang sesungguhnya. DASAR
KITA UNTUK PERCAYA ITU BUKAN DI DASARI DENGAN KATA “KARENA” (karena saya melihat mujizat, karena harapan saya terwujud,
karena, karena karena dan karena yang lain – lain), NAMUN DASAR KITA
PERCAYA ITU DIDASARI DENGAN KATA “WALAUPUN”
(walaupun Tuhan tidak menolong aku,
walaupun doa ku belum dijawab, walaupun, walaupun dan walaupun) ITU PERCAYA
DAN BERIMAN YANG SEJATI. Tuhan Memberkati
Keluarga Widodo |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar