Jika
ada pertanyaan yang sangat retorika yaitu pertanyaan “siapa sih yang mau
menderita?” ini adalah pertanyaan yang tidak perlu dijawab jikapun harus dijawab
jawabannya sudah tentu semua orang tau yaitu “tentu tidak akan ada yang mau
menderita”.Tidak akan ada orang – orang yang mau membangun rumah di tepi jurang
yang akan longsor. Tidak akan ada orang yang mau mendirikan perkemahan di
pandang penderitaan, tidak akan ada orang yang mau menelusuri jalan panjang
yang penuh tekanan yang menghasilkan depresi yang menyesakkan hati, tidak ada
yang menapaki jalanan yang penuh dengan bahaya yang kapan saja dapat mengancam
tidak akan pernah ada orang menelusuri jalan stapak yang berbatu tajam dan penuh
onak duri tanpa pengaharapan atau dengan pengaharapan – pengharapan yang hancur
berantakan dan impian – impian yang telah musnah.
Sesungguhnya
tidak akan pernah ada yang mengehendakinya… namun faktanya sangat jauh berbeda
dengan apa yang di harapkan,, mungkin anda yang sedang membaca tulisan ini
adalah pribadi yang sedang berada di dalam lorong gelap “tanpa pengharapan”,
sedang berada di jalan panjang yang penuh dengan tekanan, penderitaan, jalan
yang penuh dengan batu tajam dan onak duri yang membawa anda dalam kehancuran.
Saya
percaya anda tidak secara sengaja mendaftarkan diri anda kedalam penderitaan,
anda tidak mungkin dengan sengaja anda meminta penyakin kangker, tumor, atau
penyakit lain kepada Tuhan, dan anda tidak secara sengaja meminta permasalahan
– permasalahan , kegagalan – kegagalan kepada Tuhan, atau pasti anda tidak
secara sengaja meminta dan berdoa untuk perceraian dan pengkhianatan pasangan
anda, anda tidak akan pernah meminta hal – hal buruk terjadi kepada diri anda,
saya sangat yakin bahwa untuk terfikir meminta saja tidak akan pernah dalam
benak kita terlebih lagi memintanya.
“Namun
faktanya itu semua terjadi kepada saya”, saya berada di titik dimana saya tidak
memintanya!!!” mungkin anda sedang berteriak dalam hati anda “Tuhan banyak hal yang hilang dari diri ku”. Mungkin
saja anda sedang kehilangan kenyamanan hidup anda, kebahagiaan hidup anda,
sukacita anda, dan banyak hal lain yang hilang dari kehidupan anda.
Ya…..
Kehilangan sesuatu yang berharga dalam kehidupan kita sangat menyakitkan dan
sangat mengganggu kelanjutan hidup kita. Namun tulisan ini akan membawa kita
kepada suatu pengertian yang baru terhadap apa yang kita alami dan dapat
menjadi teman kita dalam menyelusuri lorong gelap dan jalan sempit yang penuh dengan batu tajam dan onak
berduri tekanan depresi dan keputusasaan seperti tanpa harpan dan penuh dengan
air mata dan kesakitan.
Banyak
hal yang hilang dari hidup kita, namun saya mengajak untuk para pembaca
memahami bahwa “ini bukan tentang apa
yang telah hilang dari kita, namun ini apa yang kita temukan dari apa yang
telah hilang”. Terkadang kita terlalu focus kepada apa yang telah hilang
dari kita, tanpa melihat apa yang bisa kita dapatkan. Melalui tulisan ini saya mengajak
untuk kita semua memfokuskan kepada apa yang akan kita dapatkan dari apa yang
hilang.
Fakta
adalah sesuatu yang apa adanya dan tidak
bisa kita rubah – rubah lag. ya…. Seperti itu adanya. Kita tidak bisa merubah
suatu fakta namun kita dapat meresponinya, kita tidak dapat mengendalikan
situasi namun kita dapat meresponi situasi yang ada. yang diperlukan sekarang
adalah bagaimana respon kita terhadap apa yang hilang dari kehidupan kita,
respon kita harus dapat menemukan sesuatu itu. lalu apa sih yang harus kita
temukan dari apa yang telah hilang itu??
Anda
dapat menjawab pertanyaan saya, dengan jawaban “ saya sudah berdoa kepada
Tuhan, saya sudah menangis dan berteriakan dihadapan kaki Tuhan saya
tersungkur, namun sering sekali jawaban yang saya peroleh adalah jawaban yang
sangat tidak memuaskan bahkan mengecewakan untuk saya!!” Menurut saya jawaban
itu sangat manusiawi, namun saya mengajak anda untuk melihat apa yang akan kita
dapat dari apa yang hilang dari hidup kita, yang kita dapat adalah harta kekayaan Hikmat yang nilainya
melebihi batu permata dan mutiara yang tinggi hartanya. Dalam permitaan
pada Tuhan terkadang kita merasa menerima suatu penolakan yang menyakitkan dari
Tuhan. Mengutip dari kalimat yang sangat indah dari seorang penulis bernama
Joni Eareckson Tada “ketika Allah menolak
apa yang paling diinginkan hati anda,
bersiaplah untuk membuka hati anda dengan lebih lebar lagi, sebab IA sendiri
akan menjadi apa yang diinginkan hati anda tersebut.[1]” inilah yang akan kita dapatkan dari apa yang
hilang itu, bahwa kita akan memperoleh yang lebih besar dari yang telah. Namun
terkadang kita terlalu lama tenggelam dalam kekecewaan dan kesedihan yang
begitu dalam sehingga kita tidak melihat harta yang tak ternilai yang tidak dapat
dibandingkan dengan apapun.
“apakah saya terlamabat
untuk bisa mendapatkan harta yang tak
terniali itu kemballi?” saya katakana, TIDAK, tidak ada
kata terlambat untuk kita memeperoleh kekayaan tersebut. mata kita terkadang
tertutup oleh ketidak mengertian kita bahwa yang hanya kita butuhkan yaitu
Tuhan sumber dari segala – galanya, kekecewaanlah yang membuat kita tidak
mengerti hal tersebut. kita harus mengerti betapa kayanya orang yang mati –
matian membutuhkan Allah, harta disini
tidak berbicara mengenai harta secara finansial, tapi harta yang sedang kita
bicarakan itu adalah harta yang memberikan harapan yang tidak akan pernah
berkesudahan. Tanpa anda sadari anda sedang Allah jadikan duta besar
pengharapan-Nya bagi banyak orang di seluruh dunia bagi orang banyak yang tidak
memiliki pengharpan yang masih terjebak dilorong panjang kehampaan dan
kegelapan. Kita yang telah menemukan cahaya dalam kegelapan itu haruslah
memberikan cahaya pengharapan itu kepada banyak orang. Kesadaran yang harus
kita miliki adalah apa yang telah hilang dari kita akan Ia kembalikan dengan
perbandingan satu banding satu juta dalam ukuran nilai surge. Wow…. Sangat
dasyat apa yang kita peroleh dari semua yang telah hilang dari kita.
Setelah
kita menerima harta yang tak ternilai maka peranan kita menjadi berubah, kita bukan
lagi si cengeng yang selalu merengek – rengek mencari pembenaran diri,
mengasihani diri sendiri. Namun kita kita memiliki peran yaitu agen penyalur
pengaharapan yang dapat memberikan pertolongan nyata, berwujud di tempat –
tempat yang tidak berpengharapan yang penuh dengan keluh kesah dan air mata. Suatu
anugerah dan suatu kehormatan jika kita memiliki kesempatan melayani Dia untuk
membawakan pengharapan dari Kristus kepada seluruh dunia yang memerlukan
pengharapan. Ia telah mengorbankan diri-Nya untuk kita dan kepada mereka juga
yang mau menerimaNya. Ia berkata kepada anda “JANGAN TAKUT” AKU PERISAI mu, AKULAH UPAH mu, UPAH mu yang sangat BESAR”.
Sebenarnya
apa yang sedang kita alami sekarang ini, kesakitan, kekecewaan, putus asa,
kegagalan, kehancuran kita itu semua adalah sarana dimana kita harus Bergantung
penuh kepada Tuhan. Kita harus dapat menemukan terang kita dalam kegelapan dan
pengharapan di tengah – tengah ketidak berdayaan dan hanya dalam Yesus kita
dapat menemukannya. Mati – matianlah kita membutuhkan-Nya maka kita akan
memperoleh kekayaan Hikmat yang tidak akan pernah kita temukan di dalam dunia
ini.
Selalu
ada harapan untuk anda dan saya bagiamanapun keadaan anda, pengaharapan itu
baik dan mungkin yang paling terbaik dari segalanya, dan hal yang baik itu
tidak akan pernah mati, jadi harapan itu tidak akan pernah mati sekalipun orang
menganggapnya telah mati. Tetaplah hidup dengan berpengharapan kepada sesuatu
yang pasti yaitu Allah itu sendiri.
Walaupun
terkadang apa yang kita lakukan sepertinya sia –sia, tanpa hasil yang nyata
terkadang keputus asaan datang lagi secara tiba- tiba dan melemahkan keyakinan
kita, percayalah Roh Kudus akan membangkitkan semangat kita dan menghidupkan
jiwa kita.
Penderitaan
yang anda alami adalah alat untuk mengembangkan kesabaran anda dan
menyempurnakan iman anda. Karakter kita akan semakin diperkuat ini adalah sebagian
kecilyang kita peroleh dari apa yang telah hilang. Pengharapan yang lebih hidup
itu lebih hidup karena focusnya kepada Tuhan. Jika kita yang sedang mengalami
kesakitan dalam penderitaan digambarkan seperti anak kecil yang sedang kesakitan,
dan mempertanyakan mengapa ayah? Ayah tidak akan memberikan jawaban mengapa
anak tersebut bisa sakit namun yang ayah lakukan adalah Dia memeluk dan
menggendong anak tersebut dan meyakinkan bahwa
segalanya akan baik – baik saja. Apa
yang dijanjikan Tuhan adalah hal – hal yang melebihi masalah – masalah kita,
kita harus mengerti bahwa ending dari semua yang terjadi adalah baik. kita
harus memastikan bahwa Allah adalah pusat dari segalanya. Dia berada di pusat penderitaan
kita. Dialah pengharapan kita.
Tulisan
ini membawa kita semua kepada pengertian bukan tentang apa yang telah hilang,
tapi Hikmat apa yang telah kita dapatkan. Bagaimanapun keadaan kita percayalah
Allah menggunakan itu untuk mendatangkan kebaikan. Berapa banyak orang – orang yang
mengalami penderitaan yang dapat kita tolong dengan keberadaan kita yang
mengalami keadaan yang sama seperti mereka.
Jika
Allah segera menjawab doa anda bersyukurlah, jika ditolak bersabarlah, jika
harus menanti, tetaplah antusias dan berharap. sementar kita menanti kekuatan
yang baru akan Allah berikan kepada kita untuk menemukan maksud yang
diinginkan-Nya. Percaya kepada Allah berarti percaya dengan aktif dengan
yakin dan penuh dengan ketaatan. Harapan
akan selalu ada sekalipun banyak orang yang sudah menganggapnya tidak ada.
lihatlah betapa indahnya yang kita dapatkan dari apa yang hilang di dalam hidup
kita, yang kita dapatkan adalah Tuhan itu sendiri. Mulai sekarang tersenyumlah
karena anda telah menemukan hal yang luar biasa dari penderitaan anda.
Biarlah
tulisan ini berguna dan menjadi berkat bagi kita semua, jadilah alat Tuhan
untuk terus dapat menyelamatkan jiwa – jiwa melalui hidup kita melalui sakit
penyakit kita, penderitaan atau apapun dari dalam diri kita. Karena Tuhan akan
selalu menyertai kita. Setiap awan pasti ada garis perak.
Salam kasih Penulis. God be with us.
Sumber:
Joni Eareckson Tada,Hikmat seumur Hidup :
menikmati cara Tuhan menyembuhkan Anda(Light Publishing,2009)
[1]
Joni Eareckson Tada,himat seumur hidup
menikmati Cara Tuhan menyembuhkan anda,(light Publishing,2009),124