Sabtu, 20 Juni 2015

TUHAN TIDAK AKAN PERNAH MENINGGALKAN KITA SAAT DALAM PENCOBAAN.

Dalam hidup ini manusia pasti mengalami berbagai kesulitan yang dihadapi, yang menerpa tanpa henti – henti, bahasa yang saya gunakan dalam pembahasan ini adalah pencobaan , tidak menutup kemungkinan yang akan dialami oleh seorang karyawan yang bekerja di suatu perusahaan atau suatu kantor tiba – tiba merima surat Pemutusan hubungan Kerja (PHK), atau orang  yang anda kasihi tiba – tiba menderita sakit keras yang mematikan namun anda tidak memiliki uang untuk berobat,  mungkin saja saudara sendiri yang mengalami penyakit yang anda tidak pernah duga –duga menyerang anda, apakah anda akan kecewa atau menyalahkan keadaan? Bagaimana pemeliharaan Allah itu terjadi kepada kita ? mengapa bertentangan dengan keadaan yang ada??  Karena kenyataannya orang Percaya mengalami hal yang sedemikian rupa banyak hal buruk yang tidak diharapkan. Padahal dalam dewasa ini banyak pemberitaan Firman yang memberitakan seakan – akan menjamin bahwa orang – orang yang percaya kepada Tuhan seolah – olah tidak akan mengalami kehidupan yang menyengsarakan mereka, kehidupan yang diperoleh akan sukses dalam ukuran materi,dan ini sangat digemari oleh banyak oranng – orang yang percaya.  Dengan pandangan mereka akan akan selalu sukses, dan mereka termasuk dalam orang – orang yang di golongkan sebagai orang yang dikasihi Allah. Menurut  saya ini akan jadi akan jadi suatu masalah. Lalu bagaimana dengan mereka yang miskin? bagai mana dengan mereka  yang sakit? Apakah Tuhan tidak mengasihi mereka? Apakah Tuhan meninggalkan mereka?

Untuk mengetahui pengertian dari pada pencobaan ini kita harus mengetahui dari Dua bahasa asli alkitab yaitu bahasa Ibrani(PL) dan Yunani(PB), Dalam Perjanjian Lama yang berbahasa Ibrani, kata ‘percobaan’ dijelaskan berasal dari kata benda ‘massa’ atau kata kerja ‘masa’ atau ‘pakan’.  Kata ‘massa’ berarti cobaan atau ujian. Sedangkan kata kerja ‘masa’ berarti mencoba atau menguji. Kata ‘pakan’ sendiri berarti menguji, melebur atau membersihkan logam. Dengan melihat penjelasan dari bahasa aslinya kita dapat melihat maksud dari pencobaan ini adalah memiliki tujuan yaitu  Mencapai  nilai tertinggi, seperti pencapaian nilai tertinggi  dari logam yakni emas. Bila logam itu ternyata bukan emas, ia akan lebur dan habis. Hanya emas sebagai logam mulia yang tahan bakar, yang tahan uji. Dalam bahasa Yunani pencobaan berasal dari kata benda ‘persmon’ dan kata kerja ‘perason’. ‘Perason’ sama dengan kata pakan dalam bahasa Ibrani yaitu melebur, membersihkan atau menguji logam.
            Bisa disimpulkan bahwa pencobaan ini memiliki makna yaitu positif dan negative.  yang positif karena bertujuan menguji, menilai dan memperbaiki sifat seseorang , Melalui pencobaan, seseorang dibersihkan, kepribadiannya diuji supaya mencapai kualitas yang paling baik. Orang percaya dicobai untuk memperbaiki diri sehingga layak di hadapan Allah.
Sedangkan pencobaan juga bisa mengarah kepada hal yang negative yaitu mencobai dan menggoda dan memkiliki tujuan juga yaitu menunjukkan kelemahan seseorang. Pencobaan positif memberi dampak yang menyenangkan sementara yang negatif menghancurkan diri kita.


Dalam  Kejadian 22: 1, “Setelah semuanya itu, Allah mencobai Abraham. Ia berfirman kepadaNya: ‘Abraham,’ lalu sahutnya: ‘Ya, Tuhan’. FirmanNya: Ambillah anakmu yang tuggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Ku-katakan kepadamu.”
Isahak merupakan satu-satunya anak Abraham, tapi mengapa Tuhan mintanya supaya dipersembahkan (“mempersembahakan anak sulung merupakan tradisi agama – agama bangsa – bangsa diluar israel”), padahal Ishak merupakan cikal bakal pemenuhan janji Tuhan akan keturunan sebanyak bintang di langit dan pasir di laut. Allah jelas mau mencobai Abraham.  Jelas pula bagi kita, bahwa ketika Allah mencobai, Ia tidak bermaksud menghancurkan. Ia tidak sedang merusak atau menjebak.  Tapi sebaliknya, Allah ingin membangun Abraham, memolesnya supaya sampai kepada nilai yang hakiki, supaya boleh sungguh-sungguh disebut Bapa Orang Beriman.
Tanggapan  Abraham adalah   Ia melaksanakan apa yang diperintahkan Allah karena kepercayaannya. Ketika Ishak bertanya apa yang akan dipersembahkan, Abraham mengatakan Allah yang akan memberikannya. Ketika dia mengatakan itu, ia pasti tidak sekadar bicara. Itu adalah satu kalimat yang mau menunjukkan bahwa Allah memang akan menyediakan domba.  Abraham sungguh bapa orang beriman. Melalui peristiwa ini, kita melihat pra-gambaran tentang Kristus sebagai domba yang dijadikan korban bagi seluruh umat manusia. Itulah pengharapan akan sebuah pengorbanan yang tuntas dalam diri Kritus.  Abraham memiliki suatu konsep yang begitu jelas tergurat di dalam batinnya. Ia memiliki pengharapan, juga keyakinan akan kebangkitan. Maka ia disebut sebagai bapa orang percaya. Abraham mengorbankan anaknya bukan karena kekonyolan,  tapi karena dia percaya sungguh bahwa  Tuhan akan memberikan yang terbaik.
Abraham memberikan tanggapan yang tepat. Ia tidak salah percaya kepada Allah. Ia mengalami kebenaran.  Allah mencobai Abraham bukan untuk mengalami kekalahan atau kehancuran, tapi justru untuk menikmati kemenangan. Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa  Allah memang mencobai,  tapi selalu dalam pengertian positif. Apakah semua pencobaan datang dari Allah? Tentu saja tidak. Iblis pun mencobai. Ia mencobai dalam pengertian yang negatif.  Kita baca dalam Ayub 1:12:  “Maka firman Tuhan kepada iblis: ‘Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya.’ Kemudian pergilah Iblis dari hadapan Tuhan.”  Kita baca lagi dalam  Ayub 2: 6-7,  “Maka firman Tuhan kepada Iblis: ‘Nah, ia dalam kuasamu; hanya sayangkan nyawanya.’ Kemudian iblis pergi dari hadapan Tuhan lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya.”  Di sini kita melihat bagaimana Iblis mencobai Ayub. Ia ingin menghancurkan Ayub. Tapi Tuhan menjaganya. Dikatakan, engkau boleh mencobai Ayub, tapi jangan ambil nyawanya.  Iblis pun mengambil  harta bendanya,  anak-anaknya,  kasih sayang istri serta sahabat-sahabatnya.  Semuanya diambil. Iblis menghancurkannya habis-habisan. Tapi Tuhan penuh cinta kasih.
Kita harus hati-hati. Apakah Allah mencobai Anda? Dalam  pengertian menguji, ya, Puji Tuhan!  Tetapi apabila sasaran percobaan itu adalah kejatuhan, maka dapat dipastikan percobaan itu datang dari Iblis. Dan bila ia  mencobai Anda, janganlah takut karena Tuhan akan menjagamu. Tuhan akan memelihara dan melindungimu. Tuhan akan menolongmu bila Anda tetap percaya dan beriman kepada Kristus.
Bercerminlah pada peristiwa Ayub. Begitu beratnya kesulitan dan pencobaan yang dialaminya.  Tapi dengan penuh iman ia  tetap melangkah dengan mata tertuju pada Allah.  Dia tidak ingin mengutuki Allah. Pencobaan Iblis pun dapat dipakai Allah sebagai alat untuk memproses anak-anak-Nya.  Tetapi bila sang anak, yaitu kita yang hidup di zaman ini, manja dan tak karu-karuan, yang langsung menangis merengek-rengek ketika kesulitan datang, celakalah kita!  Sebab bukan karena Allah tidak mampu menolong, tapi karena kita yang lari dari pegangan Allah.  Bukan karena Allah tidak mampu membereskan dan memenangkan kita dari pencobaan tetapi lantaran  kita sendiri yang terlalu cengeng dan memiliki konsep salah mengenai pencobaan.
Karena kekerdilan iman semacam ini, kita lalu mengatakan bahwa Tuhan tidak lagi mencintai kita. Ketika kita ditimpa penyakit atau jatuh dalam kemiskinan, secara spontan kita mengatakan bahwa Tuhan telah mengambil kembali kemurahan-Nya. Di sini kita telah salah  mengerti cinta dan pemeliharaan Tuhan. Kita yang meninggalkan Tuhan, bukan Tuhan yang menelantarkan kita. Tapi Tuhan yang kita persalahkan.
Allah bisa memakai cobaan yang datang dari si jahat sebagai alat untuk mendewasakan kita.  Tuhan tidak kehabisan akal untuk menolong  kita.  Semua pencobaan berada dalam kendali Allah. Dan Allah bisa memakai semuanya menjadi alat untuk mencapai tujuan-Nya. Tinggal bagaimana kita memainkan peran kita. Ketika Allah menguji, kita  bisa sukses tapi bisa juga gagal.  Ketika  iblis mencobai, kita bisa berhasil mengalahkannya tapi bisa juga gagal. Semuanya bergantung relasi kita pada Allah,  bukan karena percobaan itu sendiri. 
Jadi bila pencobaan datang dan Anda dikalahkannya, jangan cepat-cepat mempersalahkan iblis. Anda harus mengoreksi diri, barangkali Andalah yang lemah.
Apakah orang dicobai karena dosa? Jawabnya, tidak! Ketika Allah mencobai Abraham, dia tidak sedang melakukan dosa. Apakah orang dicobai karena tak memiliki Roh Kudus dalam dirinya? Tidak! Ingat, Roh Kudus pun bisa membawa orang ke dalam pencobaan.  Dalam Matius 4:1 jelas dipaparkan bahwa Roh Kuduslah yang membawa Yesus ke dalam pencobaan di padang gurun.  Jadi jangan kita berpikiran bahwa  Roh Kudus senantiasa memberikan yang mulus dan enak-enak saja.
Roh Kudus memang bisa mengarahkan kita menuju kebahagiaan dan kesuksesan, tapi  Roh Kudus yang sama juga memimpin Anda memasuki pencobaan. Jadi pencobaan itu adalah alat. Dosa akan terjadi apabila kita gagal menghadapi pencobaan. Jadi yang terpenting adalah berusaha agar kita memenangkan pencobaan. 
Selain karena jatuh dan gagal mengalahkan pencobaan, dosa bisa datang bila kita mencobai Tuhan. Mencobai Tuhan adalah dosa. Keluaran 17:2 mencatat hal ini. “Jadi mulailah mereka itu bertengkar dengan Musa, kata mereka: ‘Berikanlah air kepada kami, supaya kami dapat minum.’ Tetapi Musa berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu bertengkar dengan aku? Mengapakah kamu mencobai Tuhan?’
Dalam kisah itu diceritakan bagaimana orang Israel yang kehabisan air. Mereka mulai mengomel, malah berdebat dengan Musa. Musa marah. Ia berkata kepada mereka bahwa mereka tidak sedang bertengkar dengan dirinya tapi  sedang mencobai Tuhan, seakan-akan Tuhan tidak mampu memberikan air, seakan-akan Tuhan tidak mampu memberikan dan memuaskan dahaga mereka. Mereka tidak percaya kepada kemahakuasaan Tuhan, menutup mata hati terhadap perbuatan besar yang telah dilakukan Tuhan pada waktu lampau karena tantangan kecil menimpa saat ini. Itulah dosa bangsa Israel.  
Sama seperti bangsa Israel, kita pun tak jarang mencobai Tuhan.  Kita berkata, “Tuhan,  kalau Engkau ada, sembuhkanlah penyakitku supaya aku mempercayaimu?” Dan bila hal itu benar-benar terjadi (penyakit kita sembuh), serta merta kita mengatakan bahwa Tuhan telah mendengarkan doa kita. Bukan hanya itu. Kita bahkan melihat peristiwa ini sebagai buah dari kekuatan iman kita. Benarkah demikian? Belum tentu! Sebaliknya, hal itu bisa saja terjadi karena iman kita yang terlalu lemah. Karena kelemahan iman itulah maka Tuhan mengabulkan permintaan kita. Tuhan tidak tega menepiskan doa kita. Ingat, cobaan yang datang itu tidak melebihi kemampuan kita. Tuhan tahu bila kadar iman kita masih lemah, maka Ia mengabulkan doa kita. Tuhan belum memberi kita penderitaan karena Ia menganggap kita belum kuat menanggungnya.
Memang tidak semua pengabulan doa merupakan bukti kelemahan iman. Tapi pengabulan doa yang keluar dari keinginan untuk mencobai Tuhan adalah ekspresi kedangkalan iman. Ketika Anda mengatakan bahwa kalau Tuhan begini maka Anda akan melakukan ini dan itu, lalu dalam kenyataannya Tuhan mengabulkan doamu, hal itu sama sekali tidak membuktikan kebenaran doamu. Tapi karena Tuhan sedang membentuk dan memeroses  Anda. Ia  tidak tega membiarkanmu.  Bila Tuhan menolong Anda,  itu bukan karena Tuhan mengasihi Anda, tapi karena Dia kasihan terhadap Anda.  Cuma yang dikasihani seringkali tidak tahu diri lalu besar kepala dan merasa imannya paling hebat.
Ketika cobaan datang, apalagi bila disertai penderitaan yang berat, janganlah Anda mempersalahkan Tuhan. Ingatlah, sehelai rambut kita jatuh pun Tuhan perhatikan. Masakan dalam masalah yang besar  Tuhan membiarkan kita sendirian?  Jangan  takut dan  gentar.  Jangan salahkan Tuhan. Lebih bijaksana apabila Anda mencari apa maksud Tuhan dibalik semuanya itu. Tanyakan, “Tuhan apa yang Engkau kehendaki?  Berilah aku kebijaksanaan supaya aku memahami kehendakMu!”
Bila cobaan datang, jangan meninggalkan Tuhan. Apapun yang Anda alami, sakit yang tak pernah sembuh, kebangkrutan yang drastic, janganlah membuat Anda meninggalkan Tuhan. Jangan  lari ke Tuhan yang lain, Tuhan yang palsu, ke dukun atau dewa-dewa. Datanglah pada Tuhan yang hidup.  Sungguh merupakan kebodohan besar bila kita meninggalkan Tuhan.
Tuhan tahu apa yang paling baik bagi kita, termasuk sakit yang kita derita atau  kebangkrutan yang kita alami. Ganti meninggalkan Tuhan, mari kita berkaca diri, mari kita mengevaluasi diri. Tuhan tidak pernah salah memimpin kita, Tuhan tidak pernah salah menuntun kita.


Sumber : http://reformata.com/news/view/2569/pencobaan-siapa-takut