Dalam
hidup ini manusia pasti mengalami berbagai kesulitan yang dihadapi, yang
menerpa tanpa henti – henti, bahasa yang saya gunakan dalam pembahasan ini adalah
pencobaan , tidak menutup kemungkinan yang akan dialami oleh seorang karyawan
yang bekerja di suatu perusahaan atau suatu kantor tiba – tiba merima surat
Pemutusan hubungan Kerja (PHK), atau orang yang anda kasihi tiba – tiba menderita sakit
keras yang mematikan namun anda tidak memiliki uang untuk berobat, mungkin saja saudara sendiri yang mengalami
penyakit yang anda tidak pernah duga –duga menyerang anda, apakah anda akan
kecewa atau menyalahkan keadaan? Bagaimana pemeliharaan Allah itu terjadi
kepada kita ? mengapa bertentangan dengan keadaan yang ada?? Karena kenyataannya orang Percaya mengalami
hal yang sedemikian rupa banyak hal buruk yang tidak diharapkan. Padahal dalam
dewasa ini banyak pemberitaan Firman yang memberitakan seakan – akan menjamin
bahwa orang – orang yang percaya kepada Tuhan seolah – olah tidak akan mengalami
kehidupan yang menyengsarakan mereka, kehidupan yang diperoleh akan sukses
dalam ukuran materi,dan ini sangat digemari oleh banyak oranng – orang yang percaya. Dengan pandangan mereka akan akan selalu sukses,
dan mereka termasuk dalam orang – orang yang di golongkan sebagai orang yang
dikasihi Allah. Menurut saya ini akan
jadi akan jadi suatu masalah. Lalu bagaimana dengan mereka yang miskin? bagai
mana dengan mereka yang sakit? Apakah Tuhan
tidak mengasihi mereka? Apakah Tuhan meninggalkan mereka?
Untuk
mengetahui pengertian dari pada pencobaan ini kita harus mengetahui dari Dua
bahasa asli alkitab yaitu bahasa Ibrani(PL) dan Yunani(PB), Dalam Perjanjian
Lama yang berbahasa Ibrani, kata ‘percobaan’ dijelaskan berasal dari kata benda
‘massa’ atau kata kerja ‘masa’ atau ‘pakan’. Kata ‘massa’ berarti cobaan
atau ujian. Sedangkan kata kerja ‘masa’ berarti mencoba atau menguji. Kata ‘pakan’
sendiri berarti menguji, melebur atau membersihkan logam. Dengan melihat
penjelasan dari bahasa aslinya kita dapat melihat maksud dari pencobaan ini
adalah memiliki tujuan yaitu Mencapai nilai tertinggi, seperti pencapaian nilai
tertinggi dari logam yakni emas. Bila
logam itu ternyata bukan emas, ia akan lebur dan habis. Hanya emas sebagai
logam mulia yang tahan bakar, yang tahan uji. Dalam bahasa Yunani pencobaan
berasal dari kata benda ‘persmon’ dan kata kerja ‘perason’. ‘Perason’ sama
dengan kata pakan dalam bahasa Ibrani yaitu melebur, membersihkan atau menguji
logam.
Bisa disimpulkan bahwa pencobaan ini memiliki makna yaitu positif dan negative.
yang positif karena bertujuan menguji,
menilai dan memperbaiki sifat seseorang , Melalui pencobaan, seseorang
dibersihkan, kepribadiannya diuji supaya mencapai kualitas yang paling baik.
Orang percaya dicobai untuk memperbaiki diri sehingga layak di hadapan Allah.
Sedangkan
pencobaan juga bisa mengarah kepada hal yang negative yaitu mencobai dan
menggoda dan memkiliki tujuan juga yaitu menunjukkan kelemahan seseorang. Pencobaan
positif memberi dampak yang menyenangkan sementara yang negatif menghancurkan
diri kita.
Dalam
Kejadian 22: 1, “Setelah semuanya itu,
Allah mencobai Abraham. Ia berfirman kepadaNya: ‘Abraham,’ lalu sahutnya: ‘Ya,
Tuhan’. FirmanNya: Ambillah anakmu yang tuggal itu, yang engkau kasihi, yakni
Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban
bakaran pada salah satu gunung yang akan Ku-katakan kepadamu.”
Isahak
merupakan satu-satunya anak Abraham, tapi mengapa Tuhan mintanya supaya
dipersembahkan (“mempersembahakan anak sulung merupakan tradisi agama – agama bangsa
– bangsa diluar israel”), padahal Ishak merupakan cikal bakal pemenuhan janji
Tuhan akan keturunan sebanyak bintang di langit dan pasir di laut. Allah jelas
mau mencobai Abraham. Jelas pula bagi kita, bahwa ketika Allah mencobai,
Ia tidak bermaksud menghancurkan. Ia tidak sedang merusak atau menjebak.
Tapi sebaliknya, Allah ingin membangun Abraham, memolesnya supaya sampai kepada
nilai yang hakiki, supaya boleh sungguh-sungguh disebut Bapa Orang Beriman.
Tanggapan
Abraham adalah Ia
melaksanakan apa yang diperintahkan Allah karena kepercayaannya. Ketika Ishak
bertanya apa yang akan dipersembahkan, Abraham mengatakan Allah yang akan
memberikannya. Ketika dia mengatakan itu, ia pasti tidak sekadar bicara. Itu
adalah satu kalimat yang mau menunjukkan bahwa Allah memang akan menyediakan
domba. Abraham sungguh bapa orang beriman. Melalui peristiwa ini, kita
melihat pra-gambaran tentang Kristus sebagai domba yang dijadikan korban bagi
seluruh umat manusia. Itulah pengharapan akan sebuah pengorbanan yang tuntas
dalam diri Kritus. Abraham memiliki suatu konsep yang begitu jelas
tergurat di dalam batinnya. Ia memiliki pengharapan, juga keyakinan akan
kebangkitan. Maka ia disebut sebagai bapa orang percaya. Abraham mengorbankan
anaknya bukan karena kekonyolan, tapi karena dia percaya sungguh
bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik.
Abraham
memberikan tanggapan yang tepat. Ia tidak salah percaya kepada Allah. Ia
mengalami kebenaran. Allah mencobai Abraham bukan untuk mengalami
kekalahan atau kehancuran, tapi justru untuk menikmati kemenangan. Dengan
demikian jelaslah bagi kita bahwa Allah memang mencobai, tapi selalu
dalam pengertian positif. Apakah semua pencobaan datang dari Allah? Tentu saja
tidak. Iblis pun mencobai. Ia mencobai dalam pengertian yang negatif.
Kita baca dalam Ayub 1:12: “Maka firman Tuhan kepada iblis: ‘Nah, segala
yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu
terhadap dirinya.’ Kemudian pergilah Iblis dari hadapan Tuhan.” Kita baca
lagi dalam Ayub 2: 6-7, “Maka firman Tuhan kepada Iblis: ‘Nah, ia
dalam kuasamu; hanya sayangkan nyawanya.’ Kemudian iblis pergi dari hadapan
Tuhan lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai
ke batu kepalanya.” Di sini kita melihat bagaimana Iblis mencobai Ayub.
Ia ingin menghancurkan Ayub. Tapi Tuhan menjaganya. Dikatakan, engkau boleh
mencobai Ayub, tapi jangan ambil nyawanya. Iblis pun mengambil
harta bendanya, anak-anaknya, kasih sayang istri serta
sahabat-sahabatnya. Semuanya diambil. Iblis menghancurkannya habis-habisan.
Tapi Tuhan penuh cinta kasih.
Kita
harus hati-hati. Apakah Allah mencobai Anda? Dalam pengertian menguji,
ya, Puji Tuhan! Tetapi apabila sasaran percobaan itu adalah kejatuhan,
maka dapat dipastikan percobaan itu datang dari Iblis. Dan bila ia mencobai
Anda, janganlah takut karena Tuhan akan menjagamu. Tuhan akan memelihara dan
melindungimu. Tuhan akan menolongmu bila Anda tetap percaya dan beriman kepada
Kristus.
Bercerminlah
pada peristiwa Ayub. Begitu beratnya kesulitan dan pencobaan yang dialaminya.
Tapi dengan penuh iman ia tetap melangkah dengan mata tertuju pada
Allah. Dia tidak ingin mengutuki Allah. Pencobaan Iblis pun dapat dipakai
Allah sebagai alat untuk memproses anak-anak-Nya. Tetapi bila sang anak,
yaitu kita yang hidup di zaman ini, manja dan tak karu-karuan, yang langsung
menangis merengek-rengek ketika kesulitan datang, celakalah kita! Sebab
bukan karena Allah tidak mampu menolong, tapi karena kita yang lari dari
pegangan Allah. Bukan karena Allah tidak mampu membereskan dan
memenangkan kita dari pencobaan tetapi lantaran kita sendiri yang terlalu
cengeng dan memiliki konsep salah mengenai pencobaan.
Karena
kekerdilan iman semacam ini, kita lalu mengatakan bahwa Tuhan tidak lagi
mencintai kita. Ketika kita ditimpa penyakit atau jatuh dalam kemiskinan,
secara spontan kita mengatakan bahwa Tuhan telah mengambil kembali
kemurahan-Nya. Di sini kita telah salah mengerti cinta dan pemeliharaan
Tuhan. Kita yang meninggalkan Tuhan, bukan Tuhan yang menelantarkan kita. Tapi
Tuhan yang kita persalahkan.
Allah
bisa memakai cobaan yang datang dari si jahat sebagai alat untuk mendewasakan
kita. Tuhan tidak kehabisan akal untuk menolong kita. Semua
pencobaan berada dalam kendali Allah. Dan Allah bisa memakai semuanya menjadi
alat untuk mencapai tujuan-Nya. Tinggal bagaimana kita memainkan peran kita.
Ketika Allah menguji, kita bisa sukses tapi bisa juga gagal.
Ketika iblis mencobai, kita bisa berhasil mengalahkannya tapi bisa juga
gagal. Semuanya bergantung relasi kita pada Allah, bukan karena percobaan
itu sendiri.
Jadi
bila pencobaan datang dan Anda dikalahkannya, jangan cepat-cepat mempersalahkan
iblis. Anda harus mengoreksi diri, barangkali Andalah yang lemah.
Apakah
orang dicobai karena dosa? Jawabnya, tidak! Ketika Allah mencobai Abraham, dia
tidak sedang melakukan dosa. Apakah orang dicobai karena tak memiliki Roh Kudus
dalam dirinya? Tidak! Ingat, Roh Kudus pun bisa membawa orang ke dalam
pencobaan. Dalam Matius 4:1 jelas dipaparkan bahwa Roh Kuduslah yang
membawa Yesus ke dalam pencobaan di padang gurun. Jadi jangan kita
berpikiran bahwa Roh Kudus senantiasa memberikan yang mulus dan enak-enak
saja.
Roh
Kudus memang bisa mengarahkan kita menuju kebahagiaan dan kesuksesan,
tapi Roh Kudus yang sama juga memimpin Anda memasuki pencobaan. Jadi
pencobaan itu adalah alat. Dosa akan terjadi apabila kita gagal menghadapi
pencobaan. Jadi yang terpenting adalah berusaha agar kita memenangkan
pencobaan.
Selain
karena jatuh dan gagal mengalahkan pencobaan, dosa bisa datang bila kita
mencobai Tuhan. Mencobai Tuhan adalah dosa. Keluaran 17:2 mencatat hal ini.
“Jadi mulailah mereka itu bertengkar dengan Musa, kata mereka: ‘Berikanlah air
kepada kami, supaya kami dapat minum.’ Tetapi Musa berkata kepada mereka:
‘Mengapa kamu bertengkar dengan aku? Mengapakah kamu mencobai Tuhan?’
Dalam
kisah itu diceritakan bagaimana orang Israel yang kehabisan air. Mereka mulai
mengomel, malah berdebat dengan Musa. Musa marah. Ia berkata kepada mereka
bahwa mereka tidak sedang bertengkar dengan dirinya tapi sedang mencobai
Tuhan, seakan-akan Tuhan tidak mampu memberikan air, seakan-akan Tuhan tidak
mampu memberikan dan memuaskan dahaga mereka. Mereka tidak percaya kepada
kemahakuasaan Tuhan, menutup mata hati terhadap perbuatan besar yang telah
dilakukan Tuhan pada waktu lampau karena tantangan kecil menimpa saat ini.
Itulah dosa bangsa Israel.
Sama
seperti bangsa Israel, kita pun tak jarang mencobai Tuhan. Kita berkata,
“Tuhan, kalau Engkau ada, sembuhkanlah penyakitku supaya aku mempercayaimu?”
Dan bila hal itu benar-benar terjadi (penyakit kita sembuh), serta merta kita
mengatakan bahwa Tuhan telah mendengarkan doa kita. Bukan hanya itu. Kita
bahkan melihat peristiwa ini sebagai buah dari kekuatan iman kita. Benarkah
demikian? Belum tentu! Sebaliknya, hal itu bisa saja terjadi karena iman kita
yang terlalu lemah. Karena kelemahan iman itulah maka Tuhan mengabulkan
permintaan kita. Tuhan tidak tega menepiskan doa kita. Ingat, cobaan yang
datang itu tidak melebihi kemampuan kita. Tuhan tahu bila kadar iman kita masih
lemah, maka Ia mengabulkan doa kita. Tuhan belum memberi kita penderitaan
karena Ia menganggap kita belum kuat menanggungnya.
Memang
tidak semua pengabulan doa merupakan bukti kelemahan iman. Tapi pengabulan doa
yang keluar dari keinginan untuk mencobai Tuhan adalah ekspresi kedangkalan
iman. Ketika Anda mengatakan bahwa kalau Tuhan begini maka Anda akan melakukan
ini dan itu, lalu dalam kenyataannya Tuhan mengabulkan doamu, hal itu sama
sekali tidak membuktikan kebenaran doamu. Tapi karena Tuhan sedang membentuk
dan memeroses Anda. Ia tidak tega membiarkanmu. Bila Tuhan
menolong Anda, itu bukan karena Tuhan mengasihi Anda, tapi karena Dia
kasihan terhadap Anda. Cuma yang dikasihani seringkali tidak tahu diri
lalu besar kepala dan merasa imannya paling hebat.
Ketika
cobaan datang, apalagi bila disertai penderitaan yang berat, janganlah Anda
mempersalahkan Tuhan. Ingatlah, sehelai rambut kita jatuh pun Tuhan perhatikan.
Masakan dalam masalah yang besar Tuhan membiarkan kita sendirian?
Jangan takut dan gentar. Jangan salahkan Tuhan. Lebih
bijaksana apabila Anda mencari apa maksud Tuhan dibalik semuanya itu. Tanyakan,
“Tuhan apa yang Engkau kehendaki? Berilah aku kebijaksanaan supaya aku
memahami kehendakMu!”
Bila
cobaan datang, jangan meninggalkan Tuhan. Apapun yang Anda alami, sakit yang
tak pernah sembuh, kebangkrutan yang drastic, janganlah membuat Anda
meninggalkan Tuhan. Jangan lari ke Tuhan yang lain, Tuhan yang palsu, ke
dukun atau dewa-dewa. Datanglah pada Tuhan yang hidup. Sungguh merupakan
kebodohan besar bila kita meninggalkan Tuhan.
Tuhan
tahu apa yang paling baik bagi kita, termasuk sakit yang kita derita atau
kebangkrutan yang kita alami. Ganti meninggalkan Tuhan, mari kita berkaca diri,
mari kita mengevaluasi diri. Tuhan tidak pernah salah memimpin kita, Tuhan
tidak pernah salah menuntun kita.
Sumber
: http://reformata.com/news/view/2569/pencobaan-siapa-takut